Kamis, 30 Oktober 2014

Rumah Hijau Denassa Menyelamatkan ”Warisan” Anak-Cucu Sulawesi

Oleh: Mohamad Final Daeng

Pernakah kita memikirkan arti sebuah tanaman? Mungkin kita dapat menjawabnya dengan mudah, namun apakah kita benar-benar memikirkannya atau hanya kita anggap lalu saja tanpa makna apa-apa?
Sedangkan bagi Darmawan Denassa warga Kelurahan Tamallayang, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan mengatakan bahwa tanaman adalah kehidupan, bukan sekadar sumber ekonomi dan penjaga ekosistem, tanaman juga menjalin ikatan sosiologis dan kultural dengan manusia yang dihidupinya.
Denassa mendirikan Rumah Hijau Denassa (RHD) yaitu sebuah konservasi tanaman seluas 1 hektar yang sekaligus tempat tinggalnya. Dia mengumpulkan berbagai jenis tanaman endemis dan non-endemis Sulawesi, baik yang sudah langka maupun yang masih banyak melimpah di Sulawesi, yang diperolehnya dengan bersusah payah keluar masuk hutan sampai ke pedalaman dan mengumpulkan cerita rakyat kearifan lokal di balik tanaman-tanaman tersebut.
Menurutnya, tanaman-tanaman ini adalah warisan untuk anak cucu kita di generasi yang akan datang yang sekarang masih bisa kita lihat dan nikmati berkat generasi pendahulu kita yang sudah melestarikannya, jadi sudah seharusnya kita juga ikut melestarikannya.
RHD ini sudah berdiri sejak tahun 2007 dan telah memiliki 450 jenis tanaman beragam, dan terdiri dari keluarga kayu-kayuan, bunga-bungaan, kacang-kacangan, perdu, dan buah-buahan.
RHD terbuka bagi siapa saja yang ingin berkunjung, serta diberikan bibit tanaman bagi siapa saja yang menginginkan tanpa dipungut biaya sepeser pun.
Denassa mengatakan, terdapat puluhan jenis tanaman di Sulsel yang terancam punah. Penyebabnya, tekanan alih fungsi lahan hutan, konsumsi secara masif, pertambangan, hingga alasan sepele karena tanaman itu tak disukai manusia.
Keinginan Denassa membuat konservasi tanaman ini berawal dari dari kampung halamannya di Borongtala. Ia besar dalam suasana rimbun pepohonan dan berbagai tanaman yang tumbuh di lingkungan kampung yang berjarak 31 kilometer arah selatan Kota Makassar itu. Namun karena seiring perkembangan zaman, ada satu pohon mangga tempat Denassa bermain pada masa kecilnya harus ditebang karena menghalangi cahaya matahari tempat penjemuran batu bata, sehingga mulai saat itu ia berniat untuk menyelamatkan tanaman.
Setelah dewasa, ia bekerja sebagai dosen luar biasa Fakultas Sastra di Universitas Hasanuddin Makassar dan melepaskan pekerjaannya itu untuk lebih fokus mengelola konservasi tanaman-tanaman. Menurutnya, kalau tidak ada yang melestarikannya, kasihan generasi yang akan datang hanya mengetahui nama dari tanaman tersebut tanpa pernah melihat langsung. Ia juga mengungkapkan bahwa
melestarikan tanaman sekaligus berarti melestarikan kultur dan identitas orang Makassar. Hal itu karena banyak tanaman memiliki tempat penting dalam ritual, tradisi, ataupun budaya keseharian masyarakat Makassar yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Selain untuk konservasi, RHD juga membuka kelas belajar bagi siapa saja yang ingin belajar dan sejak tahun 2011 telah dibuka kelas komunitas bagi anak-anak tingkat dasar sampai atas yang diajarkan  mulai dari budaya, tradisi, lingkungan hidup, etika dan moral, sampai matematika.
Setiap bulan, Denassa juga menggelar diskusi tematik bagi warga sekitar lingkungan tempat tinggalnya. RHD juga kerap dikunjungi mahasiswa, peneliti, serta lembaga dari dalam dan luar negeri untuk belajar dan berdiskusi soal berbagai hal.
Atas segala upayanya itu, Denassa tidak dibayar sepeserpun, bahkan setiap bulannya ia harus menghabiskan 1 juta rupiah untuk merawat tanaman-tanaman di konservasi.

" Saya percaya, melakukan kebaikan itu lebih berharga daripada harta benda apa pun." - Darmawan Denassa

Dilihat dari quotes-quotes yang dia berikan, Bapak Denassa ini sangat memperhatikan generasi yang akan datang. Zaman sekarang, jarang ada orang yang mau memikirkan nasib bangsa di masa yang akan datang. Orang-orang zaman sekarang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa melihat akibat perbuatannya di masa yang akan datang. Ia juga sangat tulus membantu orang tanpa dipungut biaya, bahkan dia yang harus mengeluarkan biaya. Tokoh yang sangat inspiratif!!

DARMAWAN DENASSA
Lahir: Borongtala, 28 Juli 1976
Istri: Alwiah Hasan (33)
Anak:- Muhammad Fadil Denassa (10)
- Asyraf Muhammad Denassa (4)
Pendidikan:- SDN Center Rappokaleleng, 1983-1989
- SMPN 1 Bontonompo, 1989-1992
- SMEA Negeri 1 Limbung, 1992-1995
Gambar.1.http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009232940
Sumber: www.print.kompas.com, kamis, 30 Oktober 2014
Gambar.1.http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009232940

Tidak ada komentar:

Posting Komentar