Kamis, 06 November 2014

Kepala Sekolah yang Gemar ”Nongkrong”

Kompas, Kamis, 6 November 2014
Oleh:

Endang Setyowati, Kepala SMAK 1 BPK Penabur, Jakarta Barat. Beliau adalah kepala sekolah yang berjalan, turun, dan membaur bersama sesama rekan guru serta murid. 
Karena sikapnya itu, ia  menjadi juara pertama Lomba Kepala Sekolah SMA Berprestasi Nasional pada Agustus 2014. 
Menurutnya, Kepala sekolah tidak boleh hanya duduk di kantor dan menunggu laporan kerja, namun harus keluar dan mau mendengarkan curhat, baik dari siswa, guru, sampai pegawai kebersihan.
Karena itu, ia jarang berada di ruangannya dan lebih sering berada di ruang guru, selasar atau bersama muridnya di anak tangga.
Gambar.1.http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009312247
Ia sering mendekati dan mengobrol bersama guru-guru muda, karena menurutnya guru-guru muda memiliki banyak ide-ide kreatif mengenai metode pengajaran, namun kadang tidak disampaikan karena enggan disampaikan di forum formal. 
Berkat itu, metode pengajaran di SMAK Penabur menjadi lebih baik. Guru menjadi lebih kreatif dan komunikatif dengan para murid yang menciptakan suasana yang aktif.
Menurutnya, murid-murid butuh di dengar dan diberi perhatian agar menjadi nyaman dalam bersekolah, apalagi seiring brtambahnya zaman, semakin sulit untuk menididik anak-anak.
SMAK 1 BPK Penabur memang dikenal sebagai sekolah yang kerap kali menjuarai berbagai lomba ilmiah. Namun, menurut Endang, ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan di sekolah membuat para murid yang cerdas sekalipun menjadi manja, konsumtif, suka menggampangkan masalah, dan cenderung amat bergantung kepada orangtua. Oleh karena itu, guru harus berperan dalam perkembangan anak-anak didiknya dengan berusaha mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Endang mengatakan bahwa guru yang profesional adalah guru yang tidak langsung pulang ketika jam kerja telah berakhir.
Ia juga mengatakan bahwa murid lebih menyukai berdiskusi secara terbuka dan santai. Dalam kesempatan inilah, guru bisa menyelipkan pesan-pesan moral kepada murid.
Awalnya, Endang tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang guru. Cita-citanya adalah ingin menjadi seorang dokter, bahkan ia sudah diterima di Universitas Airlangga, Surabaya. Namun, karena kondisi ekonomi keluarganya yang tidak memadai, ia terpaksa harus melupakan impiannya itu. 
Sebagai pelipur lara, salah seorang kakaknya mendaftarkan Endang kuliah pada Jurusan Pendidikan Kimia Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta). Ia sempat ogah-ogahan mengikuti kuliahnya itu karena masih merasa marah dengan keluarganya yang menurutnya menggagalkan impiannya. Namun, ketika telah memulai praktik di sekolah-sekolah, ia melihat banyak anak yang kondisi ekonominya lebih buruk dari kondisi ekonomi keluarganya. Karena itu amarahnya terhadap keluarganya mulai luluh dan ia semangat menjadi guru dan telah mlupakan cita-cita awalnya sebagai dokter. 
Setelah lulus kuliah, Endang melamar sebagai guru SMA di Yayasan BPK Penabur. Karena konsistensinya dalam mengajar  ia kemudian diangkat menjadi kepala laboratorium dan dalam beberapa tahun, ia kemudian menjadi wakil sekolah bidang kurikulum, dan pada 2000, ia dipercaya menjadi Kepala SMAK 7 Penabur yang baru dibangun di Kalimalang, Jakarta Timur.
Tantangan untuk memasarkan sekolah yang baru dibuka butuh perjuangan, karena disekitarnya terdapat banyak sekolah negeri yang bermutu dan murah. Ia kemudian memiliki ide untuk memusatkan pelajaran teknik informatika, yang saat itu masih sangat jarang.
Untuk itu, Endang membangun laboratorium komputer dan membuat program lokakarya yang mengundang murid-murid SMP agar datang mencoba laboratorium tersebut. Hasilnya, murid yang memiliki minat di bidang komputer dan informatika pun beramai-ramai masuk bersekolah di SMAK 7.
Setelah mengembangkan SMAK 7, Endang dipercaya memimpin SMAK Penabur Gading Serpong di Tangerang. Di bawah kepemimpinan Endang-lah program Brilliant Class dibuka bekerja sama dengan fisikawan yang mengantarkan banyak anak Indonesia menjuarai kompetisi tingkat dunia, yaitu Yohanes Surya. Program ini dirancang untuk merekrut murid-murid SMP cerdas dalambidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam(MIPA) untuk dilatih dan dikembangkan untuk mengikuti lomba-lomba bertaraf nasional sampai internasional.
Pencarian ini tidak mudah, Endang harus mengunjungi beberapa SMP yang ada di Indonesia yang berlangsung selama berminggu-minggu. Berkat usahanya itu, pada tahun ajaran 2008/2009, angkatan pertama Brilliant Class pun terwujud.
Upaya menemukan anak-anak cerdas ini menyadarkan Endang tentang keseimbangan. Memiliki kecerdasan saja tidak cukup, tetapi butuh dampingan untuk pengembangan karakter karena kecerdasan tanpa karakter hanya membawa petaka bukannya bermanfaat. Ini yang menjadi kesadaran Endang saat mendampingi murid-muridnya dan nongkrong bersama.

Ibu Endang ini benar-benar seorang yang berjiwa guru sejati. Terbukti dari tindakan-tindakannya yang sangat menginspirasi. Seharusnya kepala sekolah lain mencontoh tindakan Ibu Endang ini, bukan hanya duduk di dalam ruangannya atau hanya di ruangan rapat tetapi turun langsung untuk melihat dan membantu proses belajar mengajar. 
Endang Setyowati
♦ Lahir: Bojonegoro, Jawa Timur, 19 September 1957
♦ Suami:  Agustinus Titi
♦ Pendidikan: 
- Pendidikan Teknik Kimia IKIP Jakarta, 1979-1982
- Magister Manajemen Persekolahan Universitas Kristen Krida Wacana, 2004-2007
♦ Pekerjaan: 
- Kepala SMAK 1 BPK Penabur, 2012-kini
- Kepala SMAK BPK Penabur Kelapa Gading, Jakarta, 2009-2012
- Kepala SMAK BPK Penabur Gading Serpong, Tangerang Selatan, 2007-2009
- Kepala SMAK 7 BPK Penabur, Kalimalang, Jakarta Timur, 2000-2007
♦ Penghargaan:
- Juara Pertama Lomba Kepala Sekolah SMA Berprestasi Nasional, Agustus 2014
- Kepala Sekolah BPK Penabur Terbaik, 2005
Sumber: print.kompas.com
Gambar.1. http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009312247

Tidak ada komentar:

Posting Komentar