Jumat, 28 November 2014

Dynand Fariz Menggali Tambang Kreativitas dari Jember

Kompas, Jumat, 28 November 2014

Oleh:


Dynand Fariz (51) adalah seorang designer yang meraih Best National Costume Miss International 2014 di Tokyo, 11 November atas designnya uaitu Pakaian adat Lampung bertema ”Tale of Siger Crown”.  
Ini baru langkah awal Fariz meraih mimpi Indonesia menjadi pemimpin dunia melalui kreativitas seni. 
Mata Fariz berkaca-kaca saat mendampingi Puteri Indonesia Lingkungan 2014 Elfin Pertiwi yang mengenakan rancangannya kembali dari Tokyo. Padahal, ini bukan kali pertama Fariz meraih prestasi di ajang internasional. Karyanya kerap menang di kontes pemilihan pria tingkat internasional.
Kostum Elfin berwarna emas itu terdiri dari siger (mahkota) dan tapis Lampung. Siger adalah mahkota khas Lampung yang dikenakan pengantin perempuan. Tapis warna merah memperindah penampilan.
”Saat saya mendengar kita meraih kostum nasional terbaik, saya langsung teriak. Prestasi ini memang harus milik kita. Saya ingin Indonesia ditakuti karena kostum nasionalnya,” ungkap Fariz.
Saat ini, Puteri Indonesia Pariwisata 2014 Estelita Liana yang akan berlaga di ajang Miss Supranational 5 Desember di Warsawa, Polandia, juga mengenakan karya Fariz. Untuk Estelita, Fariz mengkreasikan keragaman budaya dan kekayaan alam Kalimantan. Tema ”Warrior Princess of Borneo” mengangkat eksotisme burung enggang. Di tangan Fariz, busana nasional itu terlihat megah dan anggun layaknya kostum karnaval.
Hal ini diraih bukan dengan begitu saja namun dengan penuh perjuangan.  Nama pengajar Sekolah Mode ESMOD Jakarta ini dikenal luas karena Jember Fashion Carnaval (JFC) ciptaannya.
Ia lulus dari Jurusan Seni Rupa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya dan menjadi pengajar disana. Beberapa tahun kemudian, ia memutuskan untuk menjadi seorang designer dan mendapatkan beasiswa di Sekolah Mode ESMOD, Jakarta. Sebagai desainer, dia mendirikan Dynand Fariz Center yang membuat pergelaran busana setiap tahun.
Meski telah menjadi designer di Jakarta, Dynand tetap mengingat tempat asalnya yaitu Jember.
Ia beserta keluarganya kemudian membuat suatu pergelaran karnival berkeliling ke rumah saudara-saudaranya dengan menggunakan pakaian tematik.
Dari sinilah muncul ide untuk membuat JFC yang dilaksanakan sampai dua kali setahun karena tingginya animo dari masyarakat.
Pada Agustus 2003, JFC 2 diselenggarakan dengan mengambil tema Arab, Maroko, India, Tiongkok, dan Jepang. Untuk tahun-tahun berikutnya, JFC rutin digelar pada Agustus.
Sayangnya, JFC tidak selalu berjalan mulus. Acara menarik yang dikemas seperti kemeriahan karnaval di Rio de Janeiro, Brasil ditentang oleh DPRD kota Jember dan diminta untuk menghentikannya karena dianggap mau merusak generasi muda, padahal persiapan sudah dilakukan.
Dynand lalu mendatangi DPRD dan bertanya apakah mereka tahu karnaval itu seperti apa, dan tidak ada seorang pun anggota DPRD yang mengiayakan. Dyland kemudian mengundang seluruh anggota DPRD tersebut untuk datang ke acara karnavalnya dan melihat sendiri bagian mana yang merusak generasi muda.
Kini, setelah 11 tahun berlalu JFC bukan hanya terkenal di Indonesia, namun juga sampai di luar negeri.
JFC setiap tahun melibatkan 700 orang, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Mereka yang ingin berpartisipasi bisa mendaftar sebagai talent yang akan dilatih membuat konsep, merancang busana, merias diri, sampai berjalan di catwalk sepanjang 3,7 kilometer.
Menurut Dynand, Indonesia bisa menjadi tambang, bukan tambang emas atau batu bara melainkan tambang kreativitas.
Mulai dari JFC ini melahirkan karnaval-karnaval lain di daerah lain seperti Solo Batik Carnival yang pada waktu itu Dynand khusus di panggil oleh Gubernur kota Solo Joko Widodo.
Sejak empat tahun lalu, Fariz mengusung kemeriahan karnaval khas Jember ini ke Jakarta. Akhir pekan ini, 29-30 November, masyarakat Jabodetabek bisa menyaksikan JFC di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Dalam sehari, pertunjukan dalam ruangan ini akan digelar dua kali, pukul 14.00 dan 19.00. Sebelumnya, penonton bahkan bisa mengobrol dengan para talent.
Tahun depan, keinginan Fariz memeluk dunia lebih lama diwujudkan dengan JFC ke-14 yang terbagi tiga bagian, karnaval, pameran, dan konferensi internasional. JFC akan mengundang peserta dari seluruh dunia untuk berkarnaval.

JFC ini benar-benar merupakan karya anak bangsa Indonesia yang harus ditiru dan dilestarikan. Karena Indonesia memang sudah mempunyai beragam kreativitas unik dan menarik yang tidak kalah dari negara-negara lain. Tinggal kita sebagai generasi muda sekarang ini, mau mengembangkannya bukan hanya di Indonesia tetapi juga sampai luar negeri.
Seperti kata Dynand Fairuz, "Kita bisa jadi kota tambang, bukan emas atau batubara, tetapi tambang kreativitas."

Gambar.1.http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010363783

Dynand Fariz 
♦ Lahir: Jember, 23 Mei 1963
♦ Pendidikan:
- 1979-1984: Seni Rupa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya
- 1996-1999: Beasiswa  Program Combination di Sekolah Mode ESMOD, Jakarta
- 1999: Training Teacher di ESMOD Perancis
♦ Karier:
- 1985-sekarang: Dosen Program Tata Busana di Unesa, Surabaya
- 1999-sekarang: Pengajar  Pattern Drafting  ESMOD Jakarta 
- 2000-sekarang: Pendiri dan Presiden Jakarta Fashion Carnaval  
- 2006-sekarang: Anggota Indonesian Social Entrepreneur, Ashoka, Washington DC
♦ Prestasi:
- 1999: Best Costume & Unique Costume ESMOD St Chaterina Day
- 2007: Performing Art di Indonesian Reception Day, Mumbay, India
- 2008: Penghargaan Putra Terbaik Jember 
- 2011: Rancangan Dynand Fariz  meraih Best National Costume di Mr Universe Republik Dominika
- 2014: Rancangan Dynand Fariz meraih Best National Costume Miss International 2014 di Tokyo Jepang

Sumber: www.print.kompas.com
Gambar.1.http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010363783

1 komentar:

  1. bbrp tahun belakangan selalu membawa rombongan Travel Surabaya Jember ke event JFC ini. JFC adalah parade busana unik dan spektakuler sudah berkelas dunia dan merupakan karnaval terbaik dibandingkan sejumlah karnaval lain yang ada di Indonesia. Bahkan masuk dalam 3 besar event terbaik di Indonesia versi Kemenbudpar

    BalasHapus