Sabtu, 29 November 2014

Hidup Seribu Tahun dengan Sejarah

Kompas, Sabtu, 29 Desember 2014

Oleh:


Binton Nadapdap (44) adalah salah satunya, ia ingin mengukir namanya hingga seribu tahun. Dan ia ingin meninggalkan koleksi berharganya ini bukan hanya untuk anak cucunya tetapi juga untuk generasi bangsa Indonesia.
Benda bersejarah mewujud dalam buku, komik, manuskrip, lukisan, foto dan klise, uang kuno, hingga prangko edisi khusus. Semua benda itu penting untuk menjaga ingatan sejarah Indonesia.
Tidak mudah bagi Binton untuk merawat semua koleksi benda-benda sejarahnya itu. Ia sempat bertanya kepada dirinya sendiri untuk apa dan siapa koleksinya itu. Ia juga berpikir seharusnya pemerintah membantu merawat benda-benda bersejarah itu. Namun, ia sudah tidak mempermasalahkannya lagi karena itu sudah menjadi kesenangannya dan ia sangat menyukai sejarah.
Melalui proses pengoleksian ini, Binton kemudian mempunyai banyak kenalan, mulai dari orang-orang yang menawarkan benda-benda bersejarah, sesama kolektor hingga orang-orang yang membutuhkan koleksi yang dimilikinya untuk tugas belajar, penelitian, ataupun bahan tulisan.
Dari salah satu koleksi foto klise yang dimilikinya, Binton bisa berkenalan dengan almarhum Taufik Kiemas. Pasalnya, Binton punya foto negatif atau klise perkawinan Taufik dengan Megawati Soekarnoputri.
Binton juga memiliki foto-foto demonstrasi mahasiswa menentang korupsi sejak dulu. Menurutnya, ini adalah bukti korupsi dari dulu sampe sekarang masih menjadi persoalan yang serius.
Binton juga tidak keberatan menyumbangkan hasil koleksi klise bersejarahnya kepada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Ia menyumbangkan klise foto soal Konferensi Pers Departemen Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok pada 2 Oktober 1967, Demonstrasi KAPPI/KAPI di DPR-GR soal pembelian mobil Holden pada 21 Oktober 1967, Hotel Indonesia, Monumen Nasional, dan Sarinah tahun 1967.
Ia juga tidak keberatan menyumbangkan koleksi lukisan Basoeki Abdullah yang terdapat tanda tangan Basoeki Abdullah untuk melengkapi koleksi Museum Basoeki Abdullah.
Binton mempunyai keinginan untuk membuat sebuah buku sejarah menarik dari banyaknya koleksi klise dan foto sejarah yang dimilikinya.
Ia ingin membuat sebuah buku tentang Bung Karno dan Soeharto dari koleksi klise foto yang dimilikinya. Binton yakin fotonya otentik karena belum tentu ada yang punya, apalagi ia memiliki klisenya. Rencananya, ia ingin membuat 300 lembar, namun ia masih menunggu adanya sponser karena biayanya besar.
Merawat koleksi klise dan foto bersejarah tentu tidak mudah, apalagi koleksi klise Binton juga sudah unik, menunjukkan perjalanan perubahan fotografi, dari klise berukuran besar hingga kecil.
Meletakkan koleksinya dalam brankas tahan api dan menyebarkan koleksinya di tiga lokasi rumahnya yang berbeda dirasa tidak cukup. Binton secara bertahap mendigitalisasi foto dan klise itu. Dan untuk itu, ia harus turun tangan sendiri karena takut ada petugas yang "nakal" yang memindahkan atau mengambil koleksinya itu.
Istrinya sampai kaget mengetahui berapa besar uang yang dihabiskan oleh Binton. Namun, untungnya istri dan anak-anaknya sekarang mendukung dan ikut dilibatkan. Perburuan benda-benda sejarah juga kadang sekalian untuk liburan keluarga.
Menurut Binton, kolektor foto bersejarah per orangan tidak banyak. Namun, dia merasa sayang jika foto bersejarah itu musnah. Apalagi, negara belum memperhatikan sepenuhnya soal sejarah.
Ia merasa bangga memberikan koleksinya pada ANRI dan merasa senang hanya karena mendapatkan selembar kertas terima kasih karena itu sudah merupakan pengakuan.
Sebenarnya, awal mula Binton hingga menjadi pengoleksi adalah sangat sederhana. Ia mendapatkan hadiah sebuah lukisan kapal dari nasabah tempat ia bekerja. Binton kemudian penasaran akan asal-usul kapal tesebut, hingga ia pergi ke Pasar Senen untuk mencari-cari buku tentang kapal itu. Ia mendapatkan banyak buku dan komik lama, dan pada buku tersebut terselip foto bersejarah. Sejak itulah ia tertarik dan asik mencari foto-foto bersejarah.
Binton meyakini, untuk menjadi kolektor tidak mesti harus kaya dulu seperti dirinya yang hanya pegawai. Dia mencoba berjualan lukisan, yang uangnya dipakai untuk memburu koleksi-koleksi benda bersejarah.
Kini, dia tidak melepas koleksinya. Sebab, dia punya target untuk mewariskan semua koleksinya ini kepada anak cucu dan bangsa ini dalam suatu museum yang tertulis namanya. Dengan demikian, dia bisa hidup seribu tahun.
Gambar.1.Binton Nadapdap bersama koleksi foto bersejarahnya


Bapak Binton ini benar-benar kolektor sejati, apalagi barang-barang koleksinya adalah benda-benda bersejarah yang memang harus kita rawat dan jaga. Ia adalah sosok inspiratif yang kadang kita tidak sadari kehadirannya. Seharusnya kita lebih peduli lagi tentang benda-benda bersejarah yang ada di sekitar kita, bukan berarti kita harus menjadi kolektor, tetapi menghargai dan tidak merusak benda-benda sejarah sudah merupakan langkah awal yang baik dalam menjaga benda-benda sejarah yang ada.
 
Binton Nadapdap
♦ Lahir: Pematang Siantar, 5 Oktober 1970
♦ Pendidikan:
- SD-SMA di Pematang Siantar
- S-1 STIA YAPPAN Jakarta, Jurusan Administrasi Niaga, 1996
- S-2 STIE IPWI Jakarta, Jurusan Sumber Daya Manusia 2000
♦ Karier:  
- 1988-1990  mengajar akuntansi dan hitung dagang di Talona Kursus dan Institut Modern Gandhi Kotamadya P Siantar (sekolah SMA sambil bekerja).
- 1990-sekarang   bekerja di Bank Rakyat Indonesia
♦ Penghargaan:
- Rekor spektakuler piagam penghargaan sebagai pelopor kolektor buku termuda dan terbanyak di Indonesia dari Yayasan Profesi Indonesia, diserahkan oleh Letjen Sutiyoso (2010)
- Piagam penghargaan sebagai Citra Insan Pembangunan Indonesia (2010)
♦ Kegiatan organisasi dan komunitas:
- Pendiri/pemilik: www.kolektor.indonesia.com, komunitas para kolektor barang seni, buku, prangko, foto bersejarah, komik, uang kuno, lukisan
- Pendiri/pemilik:www.rumahinovasi.com, komunitas inovasi, wadah inovator muda
- Kegiatan menyumbangkan buku ke sekolah-sekolah, komunitas, dan yayasan sebanyak 95 kali
- Kegiatan menyumbang foto-foto bersejarah ke ANRI

Sumber: www.print.kompas.com
Gambar.1.http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010246425



Tidak ada komentar:

Posting Komentar