Kamis, 16 Oktober 2014

KIsah Abraham Goram yang Menjaga Kalabia Terus Berlayar untuk Membagi Pengetahuan Bagi Masyarakat di Raja Ampat

Oleh: Mohamad Final Daeng

Abraham Goram Gaman (44) adalah seseorang yang selama 6 tahun terakhir ini melayarkan kapal pendidikan konservasi Kalabia di kampung-kampung  yang berada di pesisir Kabupaten Raja Ampat dan sebagian Kabupaten Kaimana, Papua Barat. 
Semula Abraham bekerja sebagai staff Conservation International(CI) yaitu organisasi lingkungan internasional yang melakukan  program edukasi konservasi laut mereka di Raja Ampat. Namun, pada tahun 2012 program tersebut harus berakhir. Tetapi karena masih dibutuhkan oleh masyarakat, Abraham dan teman-temannya memutuskan untuk tetap melanjutkan program tersebut. 
Raja Ampat sendiri memang daerah kepulauan di "kepala burung" yang sangat luas dan terdiri dari kurang lebih 600 buah pulau, sehingga model sekolah terapung ini sangat tepat untuk membantu meningkatkan pendidikan masyarakat disana. 
Karena telah memutuskan melanjutkan program Kalabia, pada 20 Juli 2012 Abraham lalu mendirikan Yayasan Kalabia Indonesia. Pada awalnya, terdapat kendala mengenai biaya operasi program tersebut, karena menghabiskan biaya lebih dari 100 juta rupiah per bulan. Abraham lalu mencari dukungan dana dari dalam negeri, karena menurutnya seharusnya kita malu jika dananya dari luar negeri padahal ini untuk Indonesia sendiri. Akhirnya, PT Pelindo II bersedia menjadi donor Kalabia melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) mereka selama lima tahun, mulai dari 2013 sampai 2018.
Kalabia saat ini diawaki oleh sembilan kru dan enam fasilitator atau pendidik. Nama Kalabia sendiri diambil dari nama ikan  hiu yang  ada di Raja Ampat dan dapat berjalan di dasar laut.
Anak-anak sangat senang akan program ini karena minimnya fasilitas pendidikan yang ada disana. Di Kalabia ini, anak-anak diajarkan banyak hal mengenai terumbu karang, padang lamun, hutan bakau sampai pembuangan sampah. Salah satu cara pengajarannya melalui permainan yang edukatif sehingga lebih mudah ditangkap dan dimengerti oleh anak-anak tersebut. Abraham berharap agar ajaran-ajarannya itu dapat tertanam dipikiran dan dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sampai mereka dewasa.
Bukan hanya anak-anak, orang dewasa juga senang dengan adanya program ini, karena dapat menambah berbagai pengetahuan mereka.
Sebenarnya pendidikan Abraham jauh dari urusan konservasi. Ia bahkan pernah menjadi pegawai negeri sipil di Pemerintah Raja Ampat, namun keluar karena merasa terpanggil untuk melindungi dan menjaga kawasan Raja Ampat.Sejak saat itu, Abraham selalu keluar masuk kampung dan menjelajahi pulau untuk membagikn pengetahuan kepada masyarakt setempat.
Abraham mengatakan bahwa manusia dapat hidup berdampingan dengan alam dan mengelolanya untuk keberlangsungan hidup saat ini dan juga untuk generasi yang akan datang.

Apa yang dilakukan oleh Abraham Goram ini sangat bermanfaat dan membantu anak-anak dalam mengecap pendidikan yang masih sangat kurang merata di daerah pedalaman yang salah satunya Raja Ampat ini, dimana terdiri dari berbagai pulau-pulau yang harus disebrangi dengan menggunakan kapal. Seharusnya pemerintah lebih mendukung program-program seperti ini, karena anak-anak adalah harapan bangsa di masa yang akan datang yang masih sangat membutuhkan perhatian dan pendidikan.





Abraham Goram Gaman
♦ Lahir: Sorong, Papua, 31 Mei 1970
♦ Pendidikan: S-1 Manajemen Informatika, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Papua
♦ Istri: Yulia Ayomi 
♦ Anak: Lima orang 
♦ Pengalaman kerja: 
- Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Papua, 1995-2005
- Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, Papua, 2005-2006
- Conservation International, 2006-2012
- Yayasan Kalabia Indonesia, 2012-sekarang
Gambar.1.www.print.kompas.com
Sumber: Kompas, Kamis, 16 Oktober 2014
Gambar.1.www.print.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar